Imperialisme sudah sering kita dengar keberadaannya. Rasanya itu pemikiran barat. Ya, bukan milik kita, orang Timur. Atau kalaupun ada pasti jaman baheula, jaman dimana nenek-kakek buyut kita dulu berjuang mengusir penjajah. Jaman kolonialisme saat Belanda menguasai tanah air. Atau bahkan jauh, jauh saat terjadi revolusi industri di Eropa.

Eits, jangan salah. Bagi kita entah apapun profesi kita, pekerja, pegawai negeri, wiraswasta, sampai pelajar pun pasti pernah bahkan sedang mengalami yang namanya imperialism.

Ngomong-ngomong tetang Imperialisme, akan terkait sama yang namanya kapitalisme. Gimana enggak, kalo ditilik dari sejarahnya, Imperialisme sendiri muncul setelah revolusi industri di Eropa (modern impelialism). Inti dari imperialisme adalah kemajuan ekonomi. Yup..ekonomi, dengan kata lain materi, atau yang lebih jelasnya uang. UANG. Nah para imperialis ini mencari tanah jajahan maupun pasar tempat mereka menjual hasil industri yang mereka produksi. Para pemilik modal inilah yang dinamakan kaum Kaum Kapitalisme (masih rada inget dong sama pelajaran sejarah dulu 🙂 ).

Kepikir gak sih kalo sekarang ini kita-kita yang pekerja, mau kantoran atau lapangan. Selalu dituntut berloyalitas tinggi. Demi kemajuan perusahaan a.k.a keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Pencemaran lingkungan sebagai hasil limbah industri. Penghijauan yang berubah konteks dari pepohonan rimbun jadi tembok yang bercat hijau. Jangankan peduli sama masyarakat sekitar, pekerjanya sendiri aja cuma diperas tenaga dan pikirannya tanpa diberikan input berupa pengetahuan ataupun siraman rohani yang ada nilai edukasinya. Ya mau gimana lagi, tho kita gak akan bisa hidup tanpa gajian tiap bulannya #miris.

Geregetan gak sih kalo ingat semasa kita berseragam putih-merah, sampai berpredikat jadi mahanya pelajar masih dicekoki segala hal yang menuntut kita untuk menelan segala yang ditanamkan, tanpa boleh berpikir. Kita diharuskan menghapal tanpa tahu makna dan gak boleh mengoreksi teori yang sudah ada. Sok pinter..begitu katanya, kalo kita sedikit saja mempertanyakan kebenaran makna sebuah teori. Kita gak pernah belajar bagaimana Galileo dihukum mati karena kearoganan sikap para petinggi kala itu yang berpikiran sempit.

Ngelantur makin luas dan makin jauh. Yang pasti mau generasi muda, tua, or yang udah ngerasa uzur sekalipun harus bisa melepaskan diri dari segala hal yang berkaitan dengan penjajahan dan pembodohan 😉 cara yang paling gampang (sekaligus paling susah dijalanin) adalah dengan berusaha untuk memikirkan setiap ide dan konsep yang kita dengar atau lihat. Kalau lebih banyak manfaat daripada negatifnya bagi diri sendiri dan orang lain, artinya ide itu bisa kita lakukan tuh sobat.

Tapi tenang, pasti masih ada buritan dimana kapal bisa berlabuh. Tak peduli ombak di lautan berkejar-kejaran.Layaknya singa yang mengancam terwelu (kelinci kecil).

Kita bisa belajar dari burung Hud-hud yang mengalahkan pasukan gajah karena kuasaNya.

Bukankah pada yang demikian itu terdapat tanda tanda bagi kaum yang berpikir.. 🙂

Selamat Berpikir Sobat 😉

Leave a comment